Senin, 28 April 2014

Surat Rindu

Setiap ku melewati jalan ini, lorong ini. Aku seperti terjebak dalam lorong waktu. Waktu lampau. Ya 2 tahun lalu... sekarang aku sangat benci jalan dan bangku ini. Karena tidak ada kamu,.. Aku ingin mengulangi kejadian 2 tahun lalu. Walaupun hanya lima hari. Aku benci bangku taman ini, karena kamu memulai dan mengakhirinya di sini. 


Entah apalagi yang harus kuucapkan selain rindu. Seandainya ada kata di atas rindu, tapi apakah itu namanya? Masa bodo, itu tidak terlalu penting, yang terpenting adalah kamu harus tau tentang kerinduan ini. Tapi aku seperti daun yang sudah kering dan akhirnya gugur.  Aku tak tau dimana kamu, apa kamu masih menginjakkan kakimu di tanah yang sama sepertiku? Atau mungkin kamu sedang ada di atas air atau udara?...

Apa kamu juga memikirkan aku seperti aku yang sangat memikirkan kamu? Mudah-mudahan sajalah...

Aku ingin menyebrangi jalan ini bersama kamu, di saat kamu menggenggam tanganku walaupun kamu pura-pura lupa melepasnya. Kamu ingat? Kita selalu berjalan di antara daun berguguran di jalan ini dan sesekali bunga pun jatuh dan pada malam harinya kita pulang menaiki metro mini yang kumuh walupun berdiri, senang rasanya disamping kamu.

Kamu pun selalu bersenandung di saat kita pulang

hanya ada sedikit bintang malam ini,...

 mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya

Matamu menerawang jauh ke atas langit menatap bintang yang hanya sedikit, karena ini bulan desember, tidak secerah hatiku malam ini. Tapi langit malam ini tetap indah. Malam ini kamu mengungkapkan cinta kepadaku. Bagaimana aku bilang tidak? Tentunya kamu tau perasaanku. Sama.

Aku tau kamu pulang untuk menemui gadis itu. Gadis yang kau puja-puja selama dua tahun ini. Masih saja kau menyangkal. Tapi mengapa kamu bilang cinta untukku.

Akhirnya aku tau, aku hanya pelampiasanmu saja. Kamu bilang kamu tidak ingin menyakitiku lebih dalam dan akhirnya kamu pergi entah kemana, tapi aku tau kamu bersama siapa. Tapi, mengapa aku selalu merindukanmu?

Jawablah surat ini, aku rindu kata-katamu, tulisanmu, dan tentunya kamu yang menyakitiku, karena jawabanmu adalah obatnya.

Bawalah surat ini air, angin... sampaikanlah padanya tentang semua kerinduan ini bawa perahu kertas ini ke pemilik hati nelangsa ini.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar